Skip to main content

Gak Akan Lagi Mencari Kesalahan Hujan

Seseorang berhak untuk menciptakan kegelisahannya sendiri. Menikmati degup jantung yang fluktuatif. Mencoba menentramkan geliat hormon yang membuncah, diantara hiruk pikuk aliran darah yang terpompa panik. Tapi ada pula yang menerim kekelan tersebut sebagai rutinitas biasa. Seperti layaknya apel pagi, yang harus dihadiri sebagai perwujudan menghargai sebuah aturan. Dan ini, ini adalah aturan tentang rindu. Aturan yang dihadirkan sebagai syarat atas kepemilikan sah dimata hati, yaitu apa yang disebut dengan cinta.
Namun hujan tetap saja turun. Deras seperti kemarin. Ahh hujan kenapa kamu turun? Lihatlah aku menjadi kian pengecut untuk ini semua..
Presentasi kehadiran, kealfaan adalah rutinitas juga. Sesuatu yang diulang dan diulang adalah pembentukan karakter. Karakter dengan sudut pandang cinta, rindu dan pertemuan adalah "ketemu juga mau apa? ahh pastilah gak jauh beda dengan waktu-waktu itu". Adakah yang mampu mengubah itu semua? Pastinya ada, pastilah ada dan pasti itu ada. Namun jaman kian bergeser kearah penciptaan mesin-mesin produksi. Dimana urusan taktis meraih romantisme kebahagian terhalang, diblokir oleh hitungan-hitungan kemungkinan. Yah hitungan-hitungan itu tidak bisa disalahkan, karena keluar dari logika paling luar biasa dari pemrograman otak manusia. Kalkulasi kemungkinan terburuk menjadi ujung tombak pembunuhan momentum. Penghapusan memoar tentang kamus cinta adalah perwujudan segalanya. Cerita adalah kenangan yang tertunda. Dan rasa jangan kau tinggalkan asa. Semuanya tersisih rapi dirak buku perpustakaan masa lalu.
Tapi tetap saja hari ini hujan. Dan dalam pelukan mantrol aku mencoba memahamimu, wahai hujan. Dan keluhku tetap saja sama, hujan kenapa kau turun di akhir pekan. Bisakah kau tunda untuk esuk hari? Senin mungkin?
Pernah suatu saat seorang teman berujar " Jangan Salahkan Hujan.. " Sekarang itu menjadi kian dalam maknanya. Entah mengapa buat aku pribadi, Hujan gak pernah salah.. Hujanlah yang menunjukkan kesalahan kita :) Selamat tinggal untukmu wahai pengecut! :)

Comments

  1. Di antara rintik hujan selalu ada rongga, jikalau masih kudanan, salah siapa badan kekamban

    ReplyDelete

Post a Comment

HALLLOOWW!!!

Popular posts from this blog

Cara Mengenali Ayam Kate Ceper Dengan Mudah

Cara mengenali ayam kate ceper dengan mudah . Bagi yang sudah berpengalaman memilihara ayam kate , tentu saja merupakan suatu hal yang mudah untuk mengenali ayam kate ceper. Namun bagi yang baru saja tertarik dengan ayam kate, tentu saja sering terjadi kesalahpahaman mengenai ayam kate ceper. Ceper identik dengan suatu hal yang pendek atau hampir menyentuh tanah. Begitu pula dengan ayam kate. Ceper melekat pada ayam kate dengan ukuran kaki yang sangat pendek. Pendek kaki ayam kate ceper adalah 3cm, yaitu dihitung dari tumit bagian belakang sampai dengan telapak kaki ayam tersebut. Yang kedua adalah dengan sekilas saja. Body atau tubuh ayam kate ceper cenderung hampir menyentuh tanah. Apalagi ketika mereka berjalan. Sangat terlihat sekali ayam kate ceper berjalan seperti merayap diatas tanah. Untuk lebih jelasnya berikut video tentang Ayam Kate Ceper di Kandang Temblok Menceng Jogja.

BUABI!

BABI! Wah kata yang satu ini emang, kudu, musti, harus, wajib, a must, dihindari. Apalagi dengan artikulasi yang tegas, jelas, lugas dan kecampur sedikit emosi yang gak pada tempatnya(emang emosi ngeliat tempat?). Kenapa? Nama binatang ngaten loh! dilontarkan ke muka orang. mending kalo kupu2, kunang2, siput laut to merak. Lha ini Babi yang notabene, terkait dengan hal2 yang jorok (bagi yang ngebayangin seperti itu), Haram (bagi yang memberlakukan seperti itu) dan struktur wajah yang gak banget (bagi yang beranggapan seperti itu). Heran, ternyata umpatan BABI masih ada ya. Apa masih jadi TOP LIST PISUHAN a.k.a. UMPATAN sepanjang masa? Buatku sih gak jadi soal, lha wong masih sesama makhluk hidup. BWAKAKAKKAKAK!! Tapi buatku bukan masalah ngumpatnya. Tapi kenapa harus BABI! Kenapa gak sendok, piring, lap meja, cangkul, to ganjal ban. Kan masih banyak tuh apa yang disebut benda. Yang gak bernyawa. Yang bukan karyaNYA. PISS! Tapi ada gak sih yg ngumpat SENDOK LO! DASAR SANDAL JEPIT! Jaran...

Sadness Is My Radar

Terlalu lama aku menunggumu membawa pisang goreng. Sesuai kesepakatan kita, aku kopi dan kau pisang goreng. Lalu lama kita akan bercengkrema di bangku ini. Namun ini sudah lebih dari jam 10 pagi. Kau tak kunjung datang. Biasanya langkahmu kau seiiringi dengan cericau lagu lihat kebunku, walo kacau tapi asik di kala pagi. Namun... tetaplah namun... belum selesai..