Seseorang berhak untuk menciptakan kegelisahannya sendiri. Menikmati degup jantung yang fluktuatif. Mencoba menentramkan geliat hormon yang membuncah, diantara hiruk pikuk aliran darah yang terpompa panik. Tapi ada pula yang menerim kekelan tersebut sebagai rutinitas biasa. Seperti layaknya apel pagi, yang harus dihadiri sebagai perwujudan menghargai sebuah aturan. Dan ini, ini adalah aturan tentang rindu. Aturan yang dihadirkan sebagai syarat atas kepemilikan sah dimata hati, yaitu apa yang disebut dengan cinta.
Namun hujan tetap saja turun. Deras seperti kemarin. Ahh hujan kenapa kamu turun? Lihatlah aku menjadi kian pengecut untuk ini semua..Presentasi kehadiran, kealfaan adalah rutinitas juga. Sesuatu yang diulang dan diulang adalah pembentukan karakter. Karakter dengan sudut pandang cinta, rindu dan pertemuan adalah "ketemu juga mau apa? ahh pastilah gak jauh beda dengan waktu-waktu itu". Adakah yang mampu mengubah itu semua? Pastinya ada, pastilah ada dan pasti itu ada. Namun jaman kian bergeser kearah penciptaan mesin-mesin produksi. Dimana urusan taktis meraih romantisme kebahagian terhalang, diblokir oleh hitungan-hitungan kemungkinan. Yah hitungan-hitungan itu tidak bisa disalahkan, karena keluar dari logika paling luar biasa dari pemrograman otak manusia. Kalkulasi kemungkinan terburuk menjadi ujung tombak pembunuhan momentum. Penghapusan memoar tentang kamus cinta adalah perwujudan segalanya. Cerita adalah kenangan yang tertunda. Dan rasa jangan kau tinggalkan asa. Semuanya tersisih rapi dirak buku perpustakaan masa lalu.
Tapi tetap saja hari ini hujan. Dan dalam pelukan mantrol aku mencoba memahamimu, wahai hujan. Dan keluhku tetap saja sama, hujan kenapa kau turun di akhir pekan. Bisakah kau tunda untuk esuk hari? Senin mungkin?Pernah suatu saat seorang teman berujar " Jangan Salahkan Hujan.. " Sekarang itu menjadi kian dalam maknanya. Entah mengapa buat aku pribadi, Hujan gak pernah salah.. Hujanlah yang menunjukkan kesalahan kita :) Selamat tinggal untukmu wahai pengecut! :)
Di antara rintik hujan selalu ada rongga, jikalau masih kudanan, salah siapa badan kekamban
ReplyDelete