Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2009

Cicak Versus Buaya

Ternyata negeri ini gak puas dengan gejolak yang diberikan oleh alam. Disaat persatuan dan kesatuan dibutuhkan sebagai media pemerkuat bangsa. Di negeri Jakarta cicak dan buaya malah adu jotos. Logika yang gak jelas dan terkesan srampangan menjadi senjata dimasing-masing kubu. Lalu rakyat yang notabene pemegang saham terbesar harus bersikap seperti apa, ketika alat negeranya sendiri ternyata menampakkan kesan belum bijak dalam menyikapi sebuah persoalan. Cicak versus buaya. Tiba-tiba menjadi ikonik negeri ini untuk menggambarkan kemawutan yang terjadi didalam tubuh bangsa sendiri. Alat yang seharusnya diciptakan untuk bisa berkolaborasi cantik dalam menuntas persoalan penggemukkan perut pribadi. Malah seakan-akan saling menikam dan menghilangkan peran mereka satu sama lainnya.

Janji

Apa yang dijanjikan oleh seorang teman, pada akhirnya gagal. Si Juragan memilih acara diselenggarakan di hotel. Uang yang diidamkan bisa untuk bekal lebaran, lenyap sudah. Janji ibu kepada ketiga anaknya, moksa dimakan mulut lebar si Juragan Perusahaan Sosial itu. Si Teman hanya bisa berujar minta maaf. Binar mata menjadi luluhan air mata. Janji yang dibayangkan indah, kini menjadi sampah dan menyesakkan hati. Baunya tak jauh buruknya dari mulut berak si Juragan.

Sepenggal Kisah Seorang Lelaki dan Kelaminnya

Suratmi sekarang hanya bisa meraung memeluk jasad suaminya. Jam tuju pagi ini Indarto meregang nyawanya. Kelaminnya membusuk oleh sipilis akut, komplikasi dengan diabetes. Itu vonis dokter setahun yang lalu. Saat terbujur kaku, tubuh Indarto tak lagi dikerumuni lemak seperti saat dia membaptiskan anak bungsunya setahun juga sebelum di vonis dokter. Kurus, kering dan kelihatan tua. Padahal empat hari yang lalu Indarto sengaja memesan Bakmi godok tanpa vetsin ke sukaan istrinya dan martabak manis ke sukaan si bungsu. Katanya, “Sekarang bapak ulang tahun, walaupun Galang minta ditraktir di Pizza Hut, dan belum bisa bapak penuhi, setidaknya martabak manis ini bisa menjadi pengganti..”. Galang, si bungsu mengangguk. Sebisanya memahami kondisi bapaknya. Suratmi tersenyum. Empat hari yang lalu Indarto genap berusia 42 tahun. Perayaan ulang tahun sederhana itu, merupakan saat terkhir kalinya Indarto memeluk dan mencium kening si bungsu, Galang. Dan berujar mesra kepada Suratmi. “Aku akan sembu

Polisi Tidur: Bukan Tidak Ada Masalah

Mendapati teman tersungkur, ku bergegas turun dari sepeda motorku dan berlari menghampirinya. Teman itu tertindih motor , sempat ku lihat denga mata kepalaku sendiri, motor yang dia kendari oleng setelah melewati polisi tidur. Ku angkat motor tersebut, dibantu oleh seorang bapak yang kebetulan lewat dijalan itu. Barang-barang yang dibawa oleh si teman itu berhamburan. Beberapa nampak rusak karena terlindas motornya sendiri. Lainnya nampak utuh namun tergerai bungkusnya. Teman itu mengaduh, celanan jean sobek tepat di lutut dan tulang keringnya. Darah seger nampak merembas keluar dari kulitnya yang sobek . Saat dipapah ke tepian jalan, si teman nampak terseok. Sulit untuk kakinya menopang tubuhnya sendiri. Ku rebahkan tubuhnya beralas rumput tepian jalan. Sembari memeriksa luka yang ada dilutut dan tulang keringnya. Si Bapak yang sedari tadi ikut menolong, mencoba mencari tau keadaan si teman dan luka yang dirasakannya, apakah di lutut dan tulang kering saja atau memang masih ada l