Katamu kau suka permainan sulap kelas teriku. Bukan sulap yg ku pelajari di emperan pasar malam, namun tingkahku yg ku permak bodoh. Seketika hatimu tertawa dan gelaknya mematikan niatmu menghisap butir2 darah mantan pacarmu. Lapisan luarku memang badut namun ruang rongga tubuhku seutuhnya sejenis manusia, yg sadar sakit hati itu indah.
Inilah cinta sekelas recehan yg kau lempar ketika aku selesai beraksi. Dan aku akan selalu tau aku lah badut paling bahagia!
Cinta bukan persoalan kuat-kuatan kelamin. Bukan juga persoalan persetubuhan hati yang disulam dengan usapan merdu barisan harmoni hormonal. Ini persoalan legalisasi perasaan. Dan penghormatan atas nama keindahan. Dan mendemokrasikan hati untuk berkreasi dalam tingkah dan laku. Jadi kapan ada waktu untuk bersetubuh?
Ketika hening yang ada...
seperkian derajat lagi adalah koordinat kulminasi penghabisan kesadaran. Bukan arundaya ai yang membuatnya meleleh tapi ini waktulah yang menggiringnya ke tepian halaka yahliku diiringi senandung lacur para makelar mimpi...
Inilah cinta sekelas recehan yg kau lempar ketika aku selesai beraksi. Dan aku akan selalu tau aku lah badut paling bahagia!
Cinta bukan persoalan kuat-kuatan kelamin. Bukan juga persoalan persetubuhan hati yang disulam dengan usapan merdu barisan harmoni hormonal. Ini persoalan legalisasi perasaan. Dan penghormatan atas nama keindahan. Dan mendemokrasikan hati untuk berkreasi dalam tingkah dan laku. Jadi kapan ada waktu untuk bersetubuh?
Ketika hening yang ada...
seperkian derajat lagi adalah koordinat kulminasi penghabisan kesadaran. Bukan arundaya ai yang membuatnya meleleh tapi ini waktulah yang menggiringnya ke tepian halaka yahliku diiringi senandung lacur para makelar mimpi...
bahasane tingkat tinggi,
ReplyDeletecinta memang mbingungi